GARA-GARA
RAMALAN BINTANG
by : Desy Nur Hidayah
Pagi itu seperti biasanya, kontrakan gue
terlihat sepi bagai tak berpenghuni. Hanya suara musik yang terdengar keras
disebelah kamar gue. Padahal kontrakan berjumlah 15 kamar. Lagi- lagi hanya
Ridwan, Aldo dan gue yang sering nongol di kontrakan, walau hanya sekedar
nyuri-nyuri makanan didapur. Mungkin penghuni lain lagi ngecengin cewek di
taman sebelah kontrakan. Gue yang kala itu sedang tidur, tiba-tiba terbangun
dan terkejut oleh hadirnya bunga mawar merah tepat didepan pintu kamar gue.
“Pasti
bunga ini dari si eneng ”.
Pikir
gue bunga itu dari suzan , teman kampus yang gue kagumi 2 bulan terakhir.
“Kemaren
kan ramalan bintang gue menulis kalau libra sedang beruntung masalah cinta” . Guman
gue sambil cengar- cengir mencium aroma bunga mawar ditangan gue.
“heh ngapain lo nyengar-nyegir ? Udah ngrasa ganteng? “
Tanya
ridwan, teman kamar sebelah gue yang mempergoki aksi lebay gue pagi itu
“SOK
lo”.
Jawab gue ketus
Keesokanharinya.
Siang itu ibarat seperti dapat doorprize
mobil undian kocokan pertama. Sedikit alay memang, tapi itu seratus persen
kenyataan. Pasalnya, tiba-tiba handphone
gue bunyi dan inbox dari suzan
terdaftar sebagai pengirim pesan teratas. Dia minta gue buat nemenin jalan-jalan
ke mall di Jakarta. Tak perlu butuh
waktu panjang bagi gue untuk menjawab pesan singkat itu.
Gue liat lagi “twitter” yang selalu ngeshare informasi terupdate tentang
ramalan bintang.
“ LIBRA, LIBRA!! MANA LIBRA” ujar gue sambil
menggulir ke bawah .
“Cinta,
cinta, ramalan tentang cinta “
“
Nah, cinta libra akan mendapatkan kejutan luar biasa dari doi”.
Gue baca pelan agar tak sekata pun
terlewat dari pandangan gue. Setelah pasti yang gue baca benar-benar sebuah
keberuntungan langsung saja gue berdandan rapi selayaknya vocalis band yang siap manggung didepan
presiden. Baru 5 langkah berjalan menuju gerbang kontrakan, tampak Aldo, teman
kontrakan nomor 5 berjalan ke arah gue
“Lo
punya duit kagak don?” .Tanyanya dengan melas.
Karena gue terburu-buru menjemput suzan,
gue terlanjur janji ke dia tak semenit
terlambat jemput, gue lempar 100 ribu tepat dihadapannya seperti acaranya
nyawer acara dangdut di kampung-kampung. .
“Gila, uang gue habis” .
Lamun
gue setelah sampai didepan gerbang kontrakan
“Gue
baru sadar disaku gue tinggal uang
cepek.ah biarin, kemaren ramalan guee kan bilang kalau masalah keungan bakal
nambah, ah lupakan ”
Namun
lamunan gue seketika terhenti, gue melihat sosok pemandangan indah tepat
didepan mata gue. Gadis cantik, berkerudung merah marun yang warnanya cetar
menyilaukan mata gue. Baru berapa menit memandang bidadari surga, datanglah si
aldo dengan motor bebeknya. Ternyata gadis itu adalah cewek aldo,
denger-denger dia baru jadian seminggu yang lalu. Kabar itu pun
gue denger dari ridwan, cowok sebelah kamar yang hobbynya gosip.
“
jalan dulu ya don”
.Pamitnya
tanpa dosa
“ Gila ! jadi dia minta uang gue
buat jalan sama ceweknya !”
ucap
gue marah. Batu dibawah sepatu gue
menjadi sasaran amuk marah gue. Gue ambil dan gue lempar sejauh-jauhnya. Kalau
kata ramalan bintang sih, buat ngusir kesialan.
“Heh mas ! Liat-liat dong!! “
ucap marah tukang dagang sayur yang kena imbas batu yang gue lempar
“Ampun
mas, maaf”. Jawab gue melas.
Beruntung abang tukang sayur langganan
Ridwan tak memeja hijaukan gue. Gue sempat panik, pasalnya lagi zaman tuh dikit
dikit dihukum pidana. Cuma ambil mangga depan rumah saja dipidanakan, apalagi
gue yang lempar batu tepat mengenai helm abang sayur.
“sabar doni, sabar.
Ramalan bintang kan berkata kalau lo bakal beruntung hari ini”.
Yakin gue sama ramalan bintang semalam.
Langsung saja, gue nyalain mesin motor
gue ke arah kos suzan yang tak jauh dari kontrakan gue. Tepat di depan gerbang kos suzan, tampak suzan
yang menyeka keringat dengan tisu ditangannya. Mungkin saja dia lelah karena tragedi marah dan kesal gue dengan
aldo dan abang tukang sayur.
Malam itu begitu romantis, aku dan suzan
dinner berdua di salah satu foodcourt dimall jakarta. Menu Udang saus pedas dan
boreotio’s milk menjadi menu pilihan suzan. Sedangkan gue sengaja memesan nasi
goreng dan es teh tawar. Sempat suzan bertanya ke gue, kenapa gue antusias
memesan nasi goreng. Tentu jawaban gue karena gue nyidam nasi goreng. Kalau
saja suzan peramal, mungkin dia bakal tahu tentang pikiran gue yang jlimet berhitung kaya adek gue yang lagi
masuk play grup.
“Sepertinya
ramalan bintang tak bersahabat malam ini.”
ucap gue dalam hati sambil menelan pahit sesuap nasi goreng ditangan gue.
“Zz...zan...?”
Ujarku terbata-bata.
“Iya?”
jawabnya heran
Baru mau memulai perbincangan, gue
melihat ridwan dengan kaos hem yang cetar berwarna pink. Gue samperin dia, gue
berjalan mengindip-ngindip ke arahnya. Heran juga cowok kok perawakan seperti cewek.
Mungkin ridwan lagi sengaja menyamar diri buat mempermudahnya menyelesaikan
skripsinya tahun ini. Mungkin judul yang dia teliti tentang “ Perkembangan bencong di Jakarta”.
Mungkin saja. Hanya dia dan Tuhan yang mengerti semua.
“
wan”
.Sapa
gue kepadanya
“ lo ngapain kesini?”
kata ridwan sambil melirik kanan kiri
gue, memperhatikan dengan siapa gue jalan .
“Gue
sama gebetan gue. Gue boleh minta tolong gak ? pinjemin gue 200 ribu dong. Gue
lupa bawa dompet. Entar gue janji, gue ganti di kontrakan, kata ramalan bintang
gue dapat rejeki kok hari ini”.
Mintaku
memelas pada Ridwan.
“
Yaela, bodoh amat sih lo. Jalan sama gebetan dompet aja ketinggalan. Untung ada
gue , kalau gak lo bakal nyuci piring semua kios makanan tuh!”. Jawab
ridwan sambil nyodorin uang 200ribu.
“Thanks
broo!” kata gue sambil menepuk pundak ridwan.
Gue balik lagi ke meja dimana gue dan
suzan dinner. Setelah ke kasir, gue langsung mengajak Suzan ke gedung tertinggi
dari mall ini. Gue beranikan diri mengatakan sesuatu yang udah gue persiapin
berapa jam yang lalu.
“Zan,
btw terimakasih ya, lo udah ngasih bunga.” Kata gue sambil memandang manis
senyum suzan.
“Bunga?
Bunga apaan?” jawabnya heran
“Udah, lo gak usah mengelak. Bunga
mawar. Ternyata benar ramalan bintang gue yang mengatakan gue bakal dapat
kejutan dari lo”
“Ramalan
Bintang? Bunga Mawar? Gue gak ngerti
“Udah, stop. Yuk kita lanjut pulang. Udah jam 10 nih.”
Potong gue sambil membantu suzan berdiri dari bibir dinding mall.
2 hari kemudian
Pagi pagi benar, si Aldo menggedor
ngedor pintu kamar gue. Heran sih tuh tukang gak modal gak jelas banget.
Terpaksa gue keluar dengan mata yang terlihat sayu, karna gue semalam bergadang
menonton pertandingan sepak bola. Maklum, idola gue “Manchester City” tanding
jam 2 dini hari tadi.
“Apa
sih” tanya gue kesal
“Lo tahu bunga mawar yang gue taruh depan kamar lo gak ?”
“Hah?
Bunga mawar?”
“Iya.
Tahu gak lo?”
“Itu
punya lo ya? GUE KIRA...”
“Iya punya gue. Lo taruh mana? Maaf
gue kebelet kencing kemaren, terus gue taruh didepan kamar lo. Eh tahunya udah
gak ada”
Seketika gue hanya diam, termenung. Gue
malu apa yang gue tanyakan ke suzan kemaren. Hari itu langsung gue ketik UNREG
ramalan bintang harian gue. Gue unfollow twitter ramalan bintang. Mulai hari
itu, gue sama sekali gak percaya apa itu ramalan bintang, bagi gue ramalan
bintang hanya omong kosong. Bahkan saking terlalu percayanya malah membuat
kesialan pada diri gue. Uang habis gak ada gantinya seperti yang ditulis dalam
ramalan dan gebetanpun amblas diraih orang lain.
Twitter

0 komentar:
Posting Komentar